CILEGON, KBN.Com - Camat, Lurah, serta perwakilan Dewan Masjid Indonesia (DMI) di Kecamatan Cilegon baru-baru ini melakukan perjalanan wisata religi ke beberapa masjid di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Kegiatan ini bertujuan untuk menggali ilmu dan pengalaman yang dapat diimplementasikan di Kota Cilegon.
Dalam rangkaian perjalanan tersebut, mereka mengunjungi beberapa masjid, antara lain Masjid An-Nahda di Ngawi, Jawa Timur. Masjid ini dulunya merupakan tempat prostitusi yang kemudian dibangun kembali oleh pemerintah setempat menjadi sebuah masjid.
Selain itu, mereka juga mengunjungi Masjid Namira di Lamongan yang dibangun oleh seorang pengusaha, serta Masjid Agung Arrahman di Blitar dan Masjid Mudhar Arifin yang didirikan oleh dua pengusaha bersaudara, Mudhar dan Arifin.
Menurut Camat Cilegon, Maman Herman, kegiatan ini bertujuan untuk memberikan inspirasi bagi masyarakat Cilegon serta menjadi percontohan.
Pasalnya, hingga saat ini belum ada masjid di Cilegon yang dijadikan sebagai destinasi wisata religi.
“Kegiatan ini kami lakukan untuk menginspirasi masyarakat Cilegon dan sebagai percontohan, mengingat sampai sekarang belum ada masjid di Kota Cilegon yang dijadikan tempat wisata religi,” ujar Maman Herman saat ditemui di kantornya pada Rabu (5/3/2025).
Salah satu pengalaman menarik yang dibagikan Maman adalah kunjungannya ke Masjid Pemuda di Jawa Timur. Meski ukurannya kecil, hanya 4x10 meter dan terletak di wilayah yang mayoritas penduduknya non-Muslim, masjid ini mengusung konsep rahmatan lil alamin.
Di masjid ini, warga setempat sering menerima pelayanan kesehatan gratis dan pembagian makanan. Bahkan, pada musim durian, mereka membagikan durian kepada warga sekitar dan memberikan ongkos bagi para musafir.
“Kami sangat terkesan dengan konsep rahmatan lil alamin yang diterapkan di sini. Selain itu, jamaah kami juga bisa memberikan bantuan dana sebesar empat juta rupiah serta cendera mata kepada pengurus masjid tersebut,” tutur Maman.
Maman juga menyatakan bahwa Kota Cilegon, dengan letak geografisnya yang strategis sebagai Gerbang Pulau Jawa, sudah sangat layak untuk dijadikan destinasi wisata religi. Terlebih, kesadaran masyarakat terhadap wisata religi juga semakin meningkat.
“Cilegon sangat potensial untuk menjadi tempat wisata religi. Letak geografisnya yang strategis sebagai Gerbang Pulau Jawa dan semakin tingginya minat masyarakat terhadap wisata religi menjadi alasan kuat mengapa Cilegon patut memiliki destinasi semacam ini,” jelasnya.
Selain kegiatan wisata religi, Maman Herman juga menceritakan tentang program "Basuh Luka Palestina" yang sudah berlangsung selama empat tahun. Program ini merupakan bentuk kepedulian terhadap saudara-saudara di Palestina, serta upaya untuk mempererat tali persaudaraan sesama umat Muslim.
Program tersebut mendapat perhatian luas, bahkan Camat Cilegon diundang oleh BAZNAS untuk hadir dalam acara public expose laporan bantuan kemanusiaan "Membasuh Luka Palestina" di Gedung Nusantara IV DPR RI pada Januari 2025.
“Kami merasa bangga dan terharu mendapat apresiasi langsung dari pusat. Semoga ini menjadi motivasi bagi kami untuk terus membangun rasa silaturahmi dan meningkatkan kepedulian terhadap sesama,” ujar Maman.
Dengan berbagai kegiatan yang telah dilakukan, Camat Cilegon berharap bahwa program-program ini dapat memberikan manfaat tidak hanya bagi Cilegon, tetapi juga bagi masyarakat luas, terutama dalam hal peningkatan kesadaran sosial dan keberagaman.
(Red*)
Posting Komentar